NEFAnews.com – Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan manusia di suatu daerah, pemerintah daerah harus mampu merumuskan kebijakan dan keberpihakan terhadap pembangunan manusia yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ada tiga aspek yang menjadi indikator penilaian IPM, yaitu; Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Per Kapita.
IPM Indonesia tahun 2024 berada di angka 75,02 persen setelah sebelumnya mangkal di posisi 75,39 persen, atau mengalami peningkatan di 0,63 poin atau 0,85 persen per tahun.
Menjadi salah satu penyumbang poin untuk nasional, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), pusat layanan statistik terpadu (PTS) Sulut, menyajikan informasi terkait perkembangan IPM sepanjang tahun. Dimana IPM Sulut mencapai 75,68 meningkat dari 0,64 poin dibanding tahun sebelumnya. Dimana rata – rata setiap tanhunnya mengalami peningkatan sebesar 0,68%.
Bersamaan dengan peningkatan skala nasional, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) juga mengalami perubahan angka IPM secara signifikan yang sebelumnya terbilang rendah dari daerah lainnya se Sulut, nakmun data terbaru menyebutkan Kabupaten Bolmong berhasil menempati posisi teratas untuk pencapaian IPM teratas dengan menunjukan kenaikan angka secara signifikan dari tahun sebelumnya.
Hal ini diungkap Gubernur Sulut Yulius Selvanus Komaling (YSK), saat menghadiri pertemuan dengan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, di Aula Mapalus Kantor Gubernur Sulut, Sabtu (31/05/2025).
“Sebelumnya IPM Bolmong sangat rendah, nakmun di bawah kepemimpinan Bupati Yusra Alhabsyi dan Wakil Bupati Dony Lumenta,. IPM Bolmong mengalami kenaikan yang cukup signifikan di angka 7,1 persen, dan telah mampu menuntaskan persoalann desa. Dengan demikian Bolmong menjadi daerah nomor satu untuk daerah dengan nilai IPM tertinggi di Sulut,” ungkap YSK.
Perubahan angka IPM di wilayah Kabupaten Bolmong bukan tanpa alasan. Beberapa bulan lalu, Bupati Bolmong Yusra Alhabsyi di satu kesempatan menyampaikan bahwa tingkat pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) yang rendah menjadi salah satu indikator rendahnya IPM.
“Pendidkan dan SDM yang Rendahnya IPM ini menjadi alarm bagi kita semua untuk sama-sama memperbaiki. Ini harus kita benahi sama-sama, karena ini juga menjadi hal yang penting untuk wilayah Bolmong lebih baik ke depannya,” pungkas Yusra.
Dee.